Pada Suatu Pagi




     Pada suatu pagi, orang-orang aneh itu menyelundup melalui jendela kamarku. Mereka tidak membukanya dengan perlahan. Ada yang mendobrak, ada yang mencongkel dan akhirnya sampai di tempat paling nyaman dalam tidurku. Apa yang dilakukan? Aku pun bingung. Mereka mengacak-acak isi kamarku. Menemukan barang-barang yang sudah tidak jelas bentuknya di mata ku.


     Aku hanya berdiri dan memeluk boneka panda kesayanganku. Orang-orang itu semakin menjadi-jadi. Tidak hanya di kamarku. Mereka juga mendobrak pintu kamar mandiku. Apa yang mereka cari aku masih belum tahu. Aku melihat mereka semakin keributan.

     “waktu kita tinggal sepuluh menit!”

     “geledah semua isi rumah ini!”

     Aku mendengar teriakan perintah dari orang yang bertubuh kekar yang menyelundup di kamarku. Aku hanya diam. Menatap dengan tatapan nanar. Kemana ibu? Ayah dimana? Kenapa mereka tidak mencegah orang-orang berseragam ini? Ibu, mereka mau mencuri. Teriakku dalam batin.

     Aku merasa sendiri. Padahal orang-orang berseragam itu mengelilingi kamarku. Jumlahnya, ada sekitar sepuluh orang. Tunggu. Sebelas, dua belas. Tepatnya ada tiga belas orang. Lima orang berseragam itu masih memutari kamarku. Membuatnya berantakan. Kamarku memang luas. Ada banyak barang didalamnya. Delapan orang yang lainnya menggeledah ruangan-ruangan lain yang ada di rumah ini. Mereka berpencar. Mencari sesuatu yang belum aku tahu. Kenapa mereka tidak bertanya kepadaku yang sejak tadi aku berdiri menatap mereka.

     Benar saja. Rumah berukuran 50 X 60 m² memang cukup luas. Itu hanya ukuran rumah saja. Belum lagi taman, kolam, dan kebun belakang rumah kami yang besar juga luas. Ayah dan ibuku senang dengan rumah yang luas. Menurutnya aku bisa puas bermain di rumah saja.

     Kriieettt.!!!

     Bunyi kayu yang ada di dalam kamarku semakin keras. Ada apa ini? Tanyaku kepada mereka dengan perasaan semakin bingung. Bahkan orang-orang berseragam itu mengacuhkan aku. Kini aku hanya duduk diatas kasurku yang empuk.

    “Pak, di ruangan bawah tidak ada. Semua sudah kami cari. Kamar mandi, dapur, ruang televisi, semuanya nihil Pak.” Seru salah satu orang berseragam dengan nada keras.

     Apa lagi? Apa yang mereka cari. Aku keluar kamar. Melihat orang-orang berseragam itu semakin keributan. Aku berlari ke lantai satu di rumah ini. Aku mencari ayah dan ibu dan berniat melaporkan orang-orang berseragam itu kepada mereka. Tapi nihil. Aku juga tidak menemukan kedua orang tuaku di rumah yang besar ini. Ah seharusnya rumah ini kecil saja, supaya aku lebih mudah menemukan kedua orang tuaku. Aku kembali ke kamarku. Dan masih saja melihat orang-orang bersergam itu disana.

     Kriieettt.!!

     “Pak, tempat ini semakin berbahaya. Kita harus pergi, Pak.” Pinta salah satu orang berseragam itu kepada lelaki yang bertubuh kekar yang berseragam sama dengannya.

     “Tunggu. Tujuan kita datang kemari belum ditemukan. Kita jangan keluar dulu. Kasihan orang tuanya jika kita tidak membawa kabar mengenai putrinya.” Jawab lelaki bertubuh kekar yang berseragam.

     Aku tersentak kaget mendengar hal itu. apa yang mereka maksud? Apa yang mereka inginkan? Kenapa mereka mencariku? Aku semakin kebingungan. Sayangnya aku hanya bisa duduk diatas kasurku yang empuk. Sembari menangis karena tak menemukan kedua orang tuaku di rumah ini. Aku benci dengan orang-orang berseragam yang menghilangkan kedua orang tuaku.

     “Pak, apinya semakin besar. Kita harus keluar sekarang!”
     Api? Pantas saja sejak pagi tadi aku merasa kepanasan. Ada api di rumah ini. Tapi orang-orang berseragam ini kenapa malah ingin menemui api? Lalu satu per satu dari mereka keluar melalui jendela kamarku.

     “disana, pak. Aku menemukan gadis itu. di gudang bawah tangga.” Orang-orang berseragam yang masih di rumahku menuju tempat yang telah diinformasikan.

     Dengan rasa penasaranku aku mengikuti orang berseragam yang bertubuh kekar itu. Sebelum aku sampai di gudang bawah tangga, orang-orang berseragam itu sudah naik ke kamarku lagi. Aku melihat mereka membawa seorang gadis yang berusia tujuh tahun. Dia cantik. Tapi pakainnya sedikit terbakar dan kepalanya mengeluarkan darah. Ditangan kirinya pun ada darah kering yang cukup banyak. Kenapa dia? Tanyaku dalam batin.

     “ayo kita keluar! Mayatnya sudah ditemukan."

     Orang-orang berseragam itu keluar dari kamarku. Semuanya. Aku melongok ke arah jendela tempat mereka keluar. Di luar sana ramai orang. Ada ayah dan ibu ku juga. Aku melambaikan tangan kepada ayah dan ibuku dari atas jendela kamarku. Tapi mereka menangis. Aku tidak tahu kenapa mereka menangis. Tapi orang-orang berseragam itu, mengapa membawa gadis itu pergi. Mengapa mereka meinggalkan aku disini?

     “Ibu, aku di atas sini. Aku ingin turun. Aku ingin memeluk ibu.” Pintaku kepada ibu sembari berteriak. Tapi ibu tidak mendengarku. Bahkan orang-orang yang ramai disana juga tidak mendengarku. Aku turun melalui jendela. Mengikuti gerakan orang-orang berseragam tadi saat turun dan keluar dari jendela kamarku.

     Sampai dibawah, orang-orang mengerumuni gadis yang dibawa orang-orang berseragam itu. aku pun penasaran ingin melihatnya. Aku yang masih membawa boneka panda pun menyelinap diantara orang-orang yang mengelilingi gadis itu. Mataku terbelalak. Seperti ada yang ingin keluar dari mataku.

     Gadis itu ternyata aku. Ibu memelukku. Dan ayah juga memeluk ibu. Orang-orang masih berkerumun. Tapi mereka yang berseragam itu malah kembali ke pekerjaannya, memadamkan api. Aku menangis tiba-tiba melihat tubuhku terbujur kaku berlumuran darah dan setengah terbakar. Sebenarnya aku senang, ayah kembali menyayangi ibu dengan memeluknya. Tetapi malah aku yang tidak bisa memeluk mereka. Dan yang dilakukan orang-orang berseragam tadi dikamarku ternyata mencari aku.

     “Ayah, ibu. Tidak apa-apa aku tidak bisa memeluk kalian. Asalkan sekarang ayah kembali menyayangi ibu. Maafkan Arini. Arini yang sudah bermain api. Sebenarnya Arini hanya ingin menyiapkan sarapan untuk ayah dan ibu, supaya ayah dan ibu menyayangi Arini. Dan ayah tidak lagi berbuat jahat kepada ibu. Peluklah Arini, ayah, ibu. Arini mencintai kalian.”


_deviKR

Komentar

Postingan Populer