Kisah Saya


     Orang-orang kerap kali meremehkan kemampuan orang lain. Apalagi di era milenial ini mereka cenderung menginginkan hal-hal instant saja. Misalnya masuk perguruan tinggi. Beberapa orang memang bisa membayar pihak kampus dengan mudah untuk memasukkan anaknya ke Perguruan Tinggi Negeri ternama di daerahnya. Namun tidak dengan bapak saya.
     Memasuki semester genap di kelas 12 Sekolah Menengah Atas, membuat sebagian siswa bingung memilih pilihannya. Di antara mereka ada banyak yang ingin memilih bekerja, tetapi sedikit dari mereka untuk memilih melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Hal ini disebabkan karena kurangnya biaya. Termasuk saya. Bagi siswa-siswi yang sekolahnya berstatus swasta dan berada di pelosok pedesaan, rasanya tidak mungkin untuk bisa melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri. Mengingat, di PTN tidak hanya nilai saja yang dibutuhkan.
      Sebenarnya saya bingung berada pada posisi ini. Disisi lain saya berpikiran bahwa orang tua saya hanya seorang buruh saja, namun disisi lain pula saya ingin melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri. Ada beberapa alasan yang membuat saya tetap ingin masuk kuliah. Salah satunya yaitu saya ingin membuktikan bahwa orang desa dari pelosok, dan status sekolahnya swasta pun pantas untuk menjadi sarjana.

     Perjalanan masuk Perguruan Tinggi Negeri yang saya jalani sangatlah berat dan penuh lika-liku (uweekk kayak drama aja. Haha). Awalnya, kedua orang tua saya memang tidak mendukung jika saya melanjutkan kuliah. Hanya karena terkendala pada biaya. Kamu pasti akan mengalami hal seperti ini, jadi sebelum membuat keputusan berdiskusilah dengan kedua orang tuamu. Oh iya. Selain itu bapak saya awalnya juga tidak setuju. Karena saya anak perempuan satu-satunya. Memangnya salah kalau anak perempuan berpendidikan?
     Akhirnya bapak saya merestui saya untuk melanjutkan kuliah. Tapi ada pesan dari bapak saya sebelum saya mendaftarkan diri di PTN. Kira-kira seperti ini pesannya: (pakai bahasa Jawa tidak apa-apa kan ya? Hehe)
"Lahyo, bapakmu iki mung lulusan MI. Mbiyen meh sekolah yo ora ndue biaya. Bapakmu saiki yo kerjone mung dadi buruh tani. Kerjo mung nak ono wong ngakon tok. Tapi yo piye maneh, wong tuo ora biso medhot cita-citane anake. Bapakmu iki ora ndue dunyo, Nok.. mung nduene dongo. Wis pokokke saiki tak sangoni dongo yo, Nok. Awakmu tak restui yen meh neruske kuliah. Mugo paring ilmu sing manfaat."
Kira-kira seperti itulah pesan bapak saya.
     Setelah mendapat restu dari bapak, di semester genap ketika saya kelas 12 (ya kira-kira sekitar tahun 2017 lah, hehe) saya memberanikan diri untuk mendaftar jalur SNMPTN dan SPAN-PTKIN. Namun sayang, melalui jalur keduanya saya belum beruntung. Setelah itu saya masih sangat bersemangat untuk melanjutkan kuliah, dan saya mendaftar lagi melalui jalur SBMPTN.
      Entah apa yang mempengaruhi otak saya disemua jalur itu saya memilih prodi yang sama di PTN yang berbeda, yaitu prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Padahal, sedari Sekolah Dasar saya tidak terlalu suka dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia ini. Hehe. Selain mendaftar SNMPTN, SPAN-PTKIN dan SBMPTN, saya juga mendaftar Bidikmisi. Dan alhamdulillah dibantu oleh pihak sekolah ketika mendaftarnya. Yang saya bingungkan juga nih ya, ternyata pilihan prodi saya itu Soshum, padahal saya SMA nya berkutat di Saintek. Duh, duh, duh. Alhasil, saya belajar materi-materi jurusan IPS setelah UN selesai. Hanya belajar melalui FOKUS UN IPS (terbitan Erlangga) sama download aplikasi SBMPTN aja. Ya Allah, tidak serius sekali ya saya belajarnya.
      Nah jadi langsung aja ah.. kelamaan kalo ditulis semua sih.. hehe.
Jadi, tes SBMPTN saya itu di Univeraitas Diponegoro fakultas Kedokteran di lantai 3 (kayaknya sih) hemm jauh ya, di Smearang. Dan sewaktu SMA, saya tidak pernah berjalan-jalan atau refreshing sampai ke Kota Semarang. Paling pooll dan jauh itu ya ke pantai sendang sikucing, Kendal. Hehe.
     Dengan bermodal nekad, dan restu dari orang tua, serta uang saku yang minim, tanpa pengalaman naik angkutan umum, akhirnya saya sampai di Universitas Diponegoro untuk melaksanakan tes SBMPTN. (Tanggalnya saya lupa berapa, dan harinya apa. Pokoknya saya bersama kedua teman saya. Oh iya, saya nginepnya dirumah temannya om nya temannya teman saya, gitu.) Lanjuut aahh..
     Dan akhirnya, tes SBMPTN selesai.. yeeeeyyyyy waktunya pulang ke Kendal. Tes SBMPTN selesai sekutar pukul 3 atau 4 sore ya, saya lupa. Pokoknya saya terpisah dengan teman saya. Tapi ketemu lagi dengan teman saya saat jam 5 di pom bensin dekat gapura Universitas Diponegoro. Setelah itu saya pulang naik BRT, dan salah jurusan. Padahal Semarang Kendal tidak terlalu jauh, tapi saya sampai rumah sekita pukul jam 9 malam lebih. Duh capek.
      Tepat tanggal 13 Juni 2017 menjadi kado terindah bagi saya. Karena ditanggal itu saya bertambah umur, eh berkurang umur nding. Maka dari itu, saya membuka pengumuman SBMPTN sekitar jam 5 sore (ya pokoknya setelah saya pulang kerja). Saya deg degan.. takut, karena SNMPTN dan SPAN-PTKIN tidak lolos (waktu itu saya nangis loh karena belum lolos) hehe. Dan saat menge-klik, eh ada tulisan "Selamat Anda Lolos" saya kaget. Dan bingung. Ealah tambah nangis. Lebih serius nangisnya dari yang gak lolos.
       Alhamdulillah, saya masuk ke Perguruan Tinggi Negeri yaitu Universitas Tidar Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Ini semua adalah berkat doa dan restu dari kedua orang tua saya dan bapak ibu guru saya. Saya sangat bersyukur karena bisa merasakan rasanya kuliah. Terima kasih Ya Allah.
     Sebelumnya saya punya prinsip:
"KALAU SEMISAL DI TAHUN 2017 SAYA TIDAK LOLOS MASUK PTN, MAKA TAHUN BERIKUTNYA SAYA AKAN MENCOBANYA LAGI. BEGITU JUGA UNTUK TAHUN SELANJUTNYA JIKA TIDAK LOLOS LAGI."
Itulah prinsip saya. Jadi buat kamu, adik-adik kelas 12 yang masih bingung mau lanjutin kuliah atau kerja, pokoknya rembug dulu sama kedua orang tuamu. Pastikan kedua orang tuamu meridhoi dan merestui ya.
Oh iya belum perkenalan.
Dan inilah saya dari tokoh "saya" dalam cerita itu. Saya DEVI KHOFIFATUR RIZQI, Mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Tidar, yang sedang menempuh semester 4. Doakan ya semoga lulus tepat waktu. Hehe

Cukup aja ya ceritanya. Kepanjangan nih. Hehe.
Selamat berjuang adik-adik.
Selamat menempuh ujian.
.
.
Hidup.

Komentar

Postingan Populer