Namaku Kirana
Namaku Kirana, aku punya mata yang indah, hidung mancung, bibir merah, tubuh mulus dan payudara yang besar. Pekerjaanku menjadi pelacur. Aku sering dihina dan dituduh pembawa bencana di kampungku, tapi aku tak peduli. Karena setiap perempuan, nantinya akan menjadi pelacur saat dinikahi lelakinya.
Menjadi pelacur membuatku bisa membeli susu dan vitamin untuk anakku. Menjadi pelacur juga membuatku bertahan hidup di negara berkembang ini. Meski berkali-kali batinku terluka, aku tetap tidak peduli. Yang terpenting aku harus membeli susu untuk anakku.
Usiaku terbilang cukup muda, 35 tahun. Aku menjadi pelacur karena ini kemauanku. Bukan karena keadaan ataupun semacamnya. Ini adalah kemauanku untuk dapat membeli susu serta vitamin buat anakku.
Setiap empat kali dalam seminggu, aku menjajakan tubuhku untuk laki-laki yang sedang ingin bersanggama.
Mulanya aku memoles wajahku. Dengan sapuan make-up yang lembut, serta bubuhan lipstik yang menawan. Sesekali aku merayu para lelaki itu, agar mereka mau bermalam denganku. Aku juga sangat menjaga tubuhku, agar setiap kali aku mangkal banyak laki-laki yang tertarik kepadaku. Sehingga aku bisa mendapatkan uang untuk membelikan vitamin dan susu untuk anakku.
Saat ramai, dalam semalam kadang aku bergaul dengan 3 laki-laki. Kadang juga ada yang aku bersamai selama 1 hingga 3 jam. Tergantung bayaran serta bonus yang akan aku dapatkan. Aku juga tidak ingin dibilang pelacur murahan oleh laki-laki itu. Dan setiap jamnya, aku memasang 700 ribu rupiah. Namun saat sepi, aku hanya bergaul dengan kehampaan, kepedihan, dan penyesalan.
Hampir 3 tahun aku menggeluti pekerjaan ini. Semua rencana menjadi pelacur pun tidak begitu mulus. Pernah sesekali saat pulang, aku dihadang oleh pelacur lain karena mereka iri denganku. Aku sempat takut dan tak ingin melacur lagi, namun kemauanku terus saja tumbuh. Hingga akhirnya aku tetap melacur sampai sekarang ini.
Saat melacur, aku hanya ingat perkataan seorang laki-laki yang telah memberiku anak yang aku beri susu dan vitamin saat ini sebelum ia mati dibunuh. Katanya, setiap orang membutuhkan cinta, sangat bodoh jika orang-orang yang tidak butuh cinta itu menganggap bahwa cinta hanya soal asmara. Katanya lagi, cinta adalah kedamaian bagi setiap makhluk hidup, namun jika semakin tidak butuh cinta maka lenyapkanlah sarangnya cinta.
Namaku Kirana. Aku punya mata yang indah, hidung mancung, bibir merah, tubuh mulus dan payudara yang besar. Aku memiliki banyak cinta. Namun saat ini tubuhku tidak mampu menopang cinta. Aku terjebak dalam permainan cinta yang telah kubuat.
Namaku Kirana. Aku adalah seorang pelacur. Hari ini aku hidupku telah diakhiri. Karena cinta yang aku obralkan telah dibunuh oleh laki-laki yang tidak butuh cinta. Seperti yang pernah seseorang bilang, jika semakin tidak butuh cinta maka lenyapkanlah sarangnya cinta.
Namaku Kirana. Aku seorang pelacur yang dilenyapkan oleh laki-laki yan tak butuh cinta. Kepadanya aku hanya menitipkan uang dan juga susu serta vitamin untuk anakku.
Namaku Kirana. Aku adalah sarangnya cinta. Dan aku telah mati.
Kampung Melati,
4 November 2019
Komentar
Posting Komentar